Baca Juga
Khayangannews, Jambi, 19 juni 2025, Oleh: Khairi, — Siapa sangka, anak kampung dari Ujung Pasir, Kerinci, yang dulu menyusuri sungai mencari ikan dan mengemudi pickup pengangkut pasir, hari ini berdiri gagah sebagai Guru Besar Psikologi Pendidikan di tengah kemilau cahaya ilmu pengetahuan. Prof. Iskandar Nazari, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D.—nama itu kini terpahat dalam sejarah, bukan hanya sebagai ilmuwan, tapi sebagai penggagas Ruhiologi, konsep pendidikan ruhani yang menggema ke penjuru dunia akademik.
Auditorium UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menjadi saksi peristiwa suci dan syahdu. Di hadapan para ilmuwan, tokoh bangsa, sahabat, dan keluarga tercinta, sang anak desa yang dulu berhonor di bawah SK Satpam kini menyandang gelar Profesor—puncak akademik yang didaki dengan peluh, kesabaran, dan doa yang tak putus.
"Saya terima, meski harus ditulis sebagai satpam. Ilmu bukan soal gelar atau gaji. Tapi tentang berkah dan kebermanfaatan," tutur Prof. Iskandar, dengan mata berkaca.
Jejak-jejak Kecil yang Mengukir Sejarah
Lahir dari keluarga sederhana—ayah seorang guru SD yang tak tamat sarjana, ibu pun tak sempat menyelesaikan sekolah dasar—Prof. Iskandar tumbuh dengan warisan paling suci: cinta ilmu dan kekuatan doa.
Hari-harinya remaja diisi dengan kerja dan belajar: membantu orang tua ke sawah, menjual ayam, mengangkut batu, belajar di madrasah, dan mengaji di surau. Gagal menjadi perwira TNI bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah takdir besar. Ia berjuang dengan apa yang ada: menyopir, menjual tanah, berdagang kayu, bahkan membawa bebek ke pasar.
Namun hatinya tetap berpaut pada ilmu. Melanjutkan S2 di Padang, lalu S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia, ia menyambung harap di antara malam-malam kerja sebagai kasir SPBU. Dari keheningan itulah lahir perenungan, dan dari perenungan lahirlah Ruhiologi—sebuah tawaran pemikiran baru yang memusatkan kecerdasan pada ruh, bukan sekadar otak.
Ruhiologi: Kecerdasan yang Menyentuh Jiwa
Bukan hanya karya, Ruhiologi adalah suara nurani. Sebuah konsep tentang kecerdasan ruhani (RQ) sebagai poros segala kecerdasan—dari IQ, EQ, SQ, hingga AI—agar pendidikan tak kehilangan arah, agar manusia tak menjadi cerdas tapi hampa.
"Generasi kita makin cerdas, tapi kehilangan makna. Ruhiologi hadir untuk menghidupkan kembali pendidikan yang menyentuh jiwa," ujar sang Profesor dalam orasi ilmiahnya.
Kini, Ruhiologi telah menjadi ruh dari sistem pendidikan Islam Modern Diniyyah Al Azhar Jambi dan menarik perhatian para tokoh nasional. Di antara yang memberi apresiasi adalah:
Prof. Fasli Jalal: “Ruhiologi akan menjadi basis baru pendidikan Islam di Indonesia.”
Prof. Amin Abdullah: “Di tengah krisis pendidikan, Ruhiologi memberi arah baru.”
Prof. Imam Suprayogo: “Ini lompatan dari neurologi menuju ruhani.”
Mereka yang Berperan, Mereka yang Mendoakan
Dalam perjalanannya, Prof. Iskandar tak pernah melupakan mereka yang menjadi lentera dalam gelap:
Prof. Mukhtar, sang rektor yang pertama kali percaya
Prof. Matinis Yamin, mentor buku perdana
Prof. Hadri Hasan, pelita era 2012-2019
Prof. Su’adi, pembuka cakrawala integrasi ilmu
Prof. As’ad dan Prof. Kasful, yang mengantarnya ke singgasana Guru Besar
Tak ketinggalan, keluarga tercinta: sang istri Denny Defrianti, anak kesayangan Shanum Azzahra Faizah, dan para saudara yang selalu menjadi kekuatan ruhani.
Sang Profesor Menutup dengan Pantun
Angin pagi menari di taman,
Burung berkicau saling menyapa.
Tanpa ruh, ilmu bisa menyimpang,
Dengan ruh, kecerdasan jadi amanah yang nyata.
Jika pendidikan hanya mengejar angka,
Maka kosonglah makna manusia.
Ruhiologi ajak kita bersama,
Mendidik jiwa, membangun generasi berakhlak mulia.